MANIPULASI Ca dan Mg TERHADAP LARVA IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus Sauvage) (Tugas)

Sabtu, 09 Mei 2009 di 4:00:00 PM

MAKALAH PEMBENIHAN

MANIPULASI Ca dan Mg
TERHADAP LARVA IKAN PATIN
(Pangasius hypophthalmus Sauvage)
Oleh :
Dewi Nurhidayati
Di bawah bimbingan Dr.Ir.D. Djokosetianto.


Disusun oleh :
BUDIYANTO
K. 4207031

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK
DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN CIANJUR
JOINT PROGRAM POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2008

KATA PENGANTAR
             Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hadayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pembanihan Ikan air Tawar  tentang “ MANIPULASI Ca dan Mg TERHADAP LARVA IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus Sauvage), tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat akhir untuk mengukuti UAS tahun ajaran 2008.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada :

            Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh darii kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis sangat berharap semoga makalah ini bermanfaat bagii pembaca pada umumnya.


                                                                                 Cianjur,    Maret 2008


penulis






DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1     Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2     Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 2
BAB III METODOLOGI ................................................................................................... 3
1.1     Waktu dan tempat ................................................................................................ 3
1.2     Alat dan bahan ..................................................................................................... 3
1.3     Langkah kerja ....................................................................................................... 4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 5
1.1     Hasil ....................................................................................................................... 5
1.2     Pembahasan ........................................................................................................ 6
BAB V KESIMPULAN DAN SARAAN ........................................................................ 8
1.1     KEsimpulan .......................................................................................................... 8
1.2     Saran ...................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 9




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ikan patin jenis Pangasius hypophthalmus Sauvage merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Permintaan pasar terhadap ikan ini kian hari kian meningkat baik dalam tingkat benih maupun dewasa. Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas benih dapat dilakukan.
Kemampuan ikan patin dapat mentolerir kondisi perairan yang jelek (Hardjamulia et a/., 1987). Citarasa yang enak dan peluang pasar yang cukup menjanjikan merupakan hal yang menarik bagi petani ikan untuk melakukan kegiatan budi daya ikan patin. Akan tetapi pada tahun-tahun pertama bisa dikatakan masih relatif lambat perkembangannya. Hal ini disebabkan belum tersedianya teknologi produksi massal benih sehingga produktivitas usaha pembenihan relatif rendah. Kondisi ini memacu para peneliti untuk berusaha meningkatkan pertumbuhan benih melalui berbagai manipulasi yang bisa mempercepat pertumbuhan larva ikan patin. Kegiatan-kegiatan tersebut membuahkan hasil yang cukup berarti yaitu dengan keberhasilan teknik manipulasi pada larva ikan patin.
Dalam usaha budidaya ikan, kualitas dan kuantitas benih merupakan penentu keberhasilan usaha. Salah satu faktor penentu yang mempengaruhi kedua hal tersebut adalah faktor lingkungan media budidaya, diantaranya adalah kesadahan. Kesadahan adalah kandungan Ca dan Mg yang berada diperairan. Kesadahan dalam kosentrasi tertentu dapat membantu larva ikan patin dimana pembentukan tulangnya menjadi lebih cepat.


1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh air sadah yang dinyatakan dengan kadar Ca dan Mg terhadap pertumbuhan rata-rata harian dan kelangsungan hidup (SR) benih ikan patin.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ciri-ciri jambal siam adalah kulitnya halus tidak bersisik, dua pasang sungut, satu pasang path yang bergerigi, dan letak mulut agak mengarah ke depan. Warna kulit ikan jambal bagian atasnya hitam sedangkan bagian bawahnya putih. Jenis ikan ini adalah asli ikan dari dataran Indocina, tersebar di Thailand, Kamboja, Laos, Burma, dan Vietnam.

Jambal siam pertama kali masuk ke Indonesia untuk diteliti oleh Balitkanwar pada tahun 1972. Habitat aslinya adalah sungai dan rawa. Berdasarkan pada kebiasaan makanannya Pangasius tergolong omnifora, pemakan jasad hewani dan tumbuh-tumbuhan air. Di habitat aslinya, Pangasius matang gonad/telur pada umur 2 -3 tahun atau berat 1,5 - 2 Kg. Pada musim pemijahan ikan akan bermigrasi ke hulu. Di luar musimnya Pangasius tidak akan berpijah. Telur yang tidak jadi dipijahkan akan diserap lagi oleh tubuh. Induk yang telah matang akan mengeluarkan telur 100 - 500 ribu butir telur.

Pada larva berumur 30--36 jam, pakan alami diberikan selama 4 hari. Nauplii Artemia diberikan setiap 2 jam pada hari pertama dan setiap 3 jam pada hari kedua sampai hari kelima. Pada hari kelima mulai dilatih makan cacing sutera (Tubifek), Moina, atau Daphnia. Pakan tersebut diberikan selama 5--7 hari. Frekuensi pemberian pakan dilakukan setiap 3 jam sekali. Setelah larva berumur 12 hari, diberikan pakan berupa pelet dengan kandungan protein 35--40%. Frekuensi pemberian pakan minimal 5 kali per hari. Masa pemeliharaan larva selama 3--4 minggu sampai ukuran 1 inci. Pada larva ikan patin,  memerlukan 4 minggu untuk mencapai ukuran 1 inci.


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan penelitian , adalah sebagai barikut :
Tanggal         : 29 September 1999
Tempat           : Departemen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
3.2 Alat dan Bahan
 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan antara lain :
Q      Akuarium 12 buah,
Q      Aerator,
Q      Labu elemeyer,
Q      buret,
Q      pipet,
Q      gelas ukur,
Q      tangki penetasan artemia,
Q      saringan/serokan,
Q      botol BOD,
Q      penggaris.
Bahan
      Adapun bahan yang digunakan yaitu :
Q    larva ikan patin berumur 6 hari
Q    kapur dolomid (CaMg (CO3)2)
Q    indikator EBT
Q    larutan NaEDTA.
Q    air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Sebagai ikan uji adalah larva ikan patin berumur 6 hari yang dipelihara pada akuarium (30 x 33 x 50 cm) dengan volume air yang digunakan sebanyak 30 liter. Densitas larva yang digunakan sebanyak 10 ekor larva/liter air, artemia, tubifex, CaMg (CO3)2, indikator EBT dan larutan NaEDTA.
Metode yang digunakan untuk meningkatkan nilai kesadahan air media percobaan digunakan kapur dolomid (CaMg (CO3)2). Perlakuan yang diberikan adalah kontrol dengan tingkat kesadahan :
Q  32 Mg/l CaCO3,
Q  50 Mg/l CaCO3,
Q  75 Mg/l CaCO3
Q  100 Mg/l CaCO3.
Dengan pengulangan sebanyak 3 kali pada setiap perlakuannya. Selama 30 hari masa pemeliharaan pengambilan contoh dilakukan setiap 5 hari sekali dengan jumlah larva sebanyak 90 ekor.
Data yang diambil berupa panjang total larva (mm), jumlah larva yang mati setiap 5 harinya serta nilai kualitas air ( suhu, Ph, NO2, NH3, DO). Pada akhir percobaan (hari ke 30)  parameter lain yang diamati adalah jumlah total benih yang hidup dalam akuarium.
Data yang telah diperoleh, diolah dengan menggunakan rancang acak lengkap (RAL). Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukan bahwa peningkatan nilai kesadahan perairan (kontrol/32 Mg/l CaCO3, 50 Mg/l CaCO3, 75 Mg/l CaCO3 dan 100 Mg/l CaCO3) memberikan pengaruh yang berbeda terhadap laju pertumbuhan panjang rata-rata ikan patin akan tetapi untuk kelangsungan hidup larva tidak memberikan pengruh yang berbeda.
Berdasarkan tabel sidik ragam, laju pertumbuhan larva ikan patin tertinggi dicapai pada tingkat kesadahan sebesar 75 Mg/l CaCO3 sebesar 5,46 % dan terendah pada 100 Mg/l CaCO3 sebesar 5,10 %. Dengan demikian pertumbuhan ikan patin pada tingkat kesadahan 75 Mg/l CaCO3 terjadi paling baik dibandingkan perlakuan lainnya (kontrol/32 Mg/l CaCO3, 50 Mg/l CaCO3, dan 100 Mg/l CaCO3).
Hal ini menunjukan bahwa pada kosentrasi 75 Mg/l CaCO3 adalah kosentrasi terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva ikan patin. Dengan hasil tersebut berarti pemberian / penambahan Ca dan Mg ke perairan tersebut mempengaruhi laju pertumbuhan rata-rata harian larva ikan patin.
Pendapat Boyd, Ca dibutuhkan oleh benih ikan untuk pembentukan tulang dan pembentukan kerangka luar dari crustacea serta penting juga untuk proses osmoregulasi yang terjadi di dalam tubuh ikan dengan lingkungannya.
Pada tingkat kesadahan 75 Mg/l CaCO3 diperoleh nilai pertumbuhan paling tinggi, diduga pada kesadahan inilah  benih dapat terpenuhi kebutuhan Ca dan Mg untuk dapat tumbuh dengan baik.
Perlakuan yang diberikan tidak menyebabkan perbedaan pada kelangsungan hidup larva. Hal ini menandakan bahwa pemberian Ca dan Mg tidak mempengaruhi kelangsungan hidup larva pada masa pemeliharaan.  Kadar pemberian Ca dan Mg pada percobaan ini masih dapat ditoleransi oleh larva ikan sampai dengan kisaran 100 Mg/l CaCO3 (kadar Ca dan Mg paling besar ). Banyaknya jumlah larva ikan patin yang mati selama pemeliharaan diduga karena sifat kanibal yang muncul pada saat kuning telur larva terserap habis.
Secara keseluruhan data kualitas air yang diperoleh masih dalam kisaran yang dapat mendukung kehidupan larva ikan patin. Pada nilai okigen terlarut terdapat kandungan oksigen yang mendekati kisaran paling kecil ( perlakuan 2 : 75 Mg/l CaCO3) sebesar 0,61 mg/l.
Hasil ini diduga karena larva ikan setiap hari tumbuh semakin besar sehingga membutuhkan oksigen lebih banyak untuk proses respirasi dan metabolisme ikan tersebut, disisi lain fases yang dihasilkan pada ikan yang tumbuh semakin besar akan semakin banyak dengan demikian oksigen yang diperlukan untuk proses dekomposisi bahan organik pun akan semakin besar.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah laju pertumbuhan tertingi pada larva ikan patin diperoleh pada tingkat kesadahan sebesar 75 Mg/l CaCO3 dan terendah pada 100 Mg/l CaCO3 dengan nilai panjang rata-rata yang diperoleh sebesar 5,46 % untuk tingkat kesadahan 75 Mg/l CaCO3, dan 5.10 5 untuk 100 Mg/l CaCO3.
Perlakuan pada tingkat kesadahan yang berbeda ( kontrol/ 50 Mg/l CaCO3, 100 Mg/l CaCO3 ) tidak menyebabkan perbedaan terhadap kelangsungan hidup larva ikan patin.
SARAN
Sedangkan saran yang diberikan adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mencari nilai kesadahan yang  lebih baik lagi pada kisaran nilai kesadahan 75 Mg/l CaCO3 dan 100 Mg/l CaCO3 dan dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan sumber kapur yang berbeda selain  CaCO3 dan CaMg  ( CO3).

 DAFTAR PUSTAKA
Nurhidayati,D. 2000. MANIPULASI Ca dan Mg TERHADAP LARVA IKAN PATIN
(Pangasius hypophthalmus Sauvage). Skripsi S1, Program Studi Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB.A